dia sahabatnya abang

Gue berada di ruang keluarga gue yang sekaligus berfungsi sebagai kamar pribadi gue. Hanya ditemani sebuah laptop milik adik gue dan secangkir kopi hangat yang gue buat 5 menit yang lalu. Gue mulai memasangkan headset ke kedua telinga gue, sebuah lagu "Cry-Rihana" melantun begitu menyayat hati dan gue pun membiarkan jari jemari gue menari di atas keyboard laptop dan menyampaikan apa yang ada di otak gue sekarang.
Saat ini gue sedang gak mau membahas tentang upil, kloset, pampers ato dunia perbokeran.

Beberapa hari ini, tepatnya hari jumat kemarin. Sang Pencipta telah mempertemukan gue dengan sesosok cowok berkulit kuning langsat dan bermata tajam, yang gue temuin di warung milik salah seorang keluarga gue. Gue, dengan gaya gue yang selalu berantakan, datang tanpa diundang dan marah2 di depan abang dan tante gue. Gue masuk pintu warung dan berhadapan dengan seorang cowok yang sedang duduk dan menikmati sebatang rokok dan memberikan sebuah senyuman hangat yang membuat hati gue merasa nyaman.
Gue diam, dan berkata dalam hati, "sepertinya gue pernah ketemu dia".

Tante : ini "dia" sahabat abang kamu. tau kan ?
Gue : iya tau tante
Tante : sekarang "dia" berubah banget itu lihat! Ganteng banget sekarang.
Abang : emang dari dulu "dia" juga ganteng
Gue : ....

Yeah, gue tau siapa "dia". Dia adalah sahabat abang gue sejak abang gue masih SMP. Semua yang gue lihat dari dia uda gak sama seperti dia yang pertama kali gue kenal. Dia lebih mandiri, lebih dewasa, lebih kewl, dan yang pasti lebih cakep. Dia bener2 uda berubah, setelah 5 taon yang lalu.
He was changed, really. Setelah 5 taon rasa kangen gue terobati walopun hanya dalam 15 menit.

Ada hal yang gue pelajari dari pertemuan kita yang hanya 15 menit ini. Dia yang dulunya seorang yang kejam dan brutal. Tak pandang bulu saat berkelahi, tak ada belas kasihan di hatinya saat dia marah. Dia yang pernah mendekam di hotel prodeo selama beberapa hari. Dan seorang dia yang tak bisa lepas dari alkohol, sekarang bisa menjadi seorang sukses dengan usaha dan kerja kerasnya sendiri.
Gue bangga dan kagum ama dia.

Ternyata tak selamanya preman adalah preman. Dan penjahat adalah penjahat. Thats why, gue gak pernah malu, takut atopun minder punya sahabat, teman ato sodara seorang preman, bajingan, penjahat, napi ato apa pun itu. I always belive, mereka bisa berubah. Karna gue tau mereka punya mimpi dan harapan yang mereka simpan di dalam hati mereka.

Well, its 1.45 am.
Its time to go to bed.
See ya..